<body><script type="text/javascript"> function setAttributeOnload(object, attribute, val) { if(window.addEventListener) { window.addEventListener('load', function(){ object[attribute] = val; }, false); } else { window.attachEvent('onload', function(){ object[attribute] = val; }); } } </script> <div id="navbar-iframe-container"></div> <script type="text/javascript" src="https://apis.google.com/js/platform.js"></script> <script type="text/javascript"> gapi.load("gapi.iframes:gapi.iframes.style.bubble", function() { if (gapi.iframes && gapi.iframes.getContext) { gapi.iframes.getContext().openChild({ url: 'https://www.blogger.com/navbar.g?targetBlogID\x3d31936954\x26blogName\x3dTikaQy+Blog\x26publishMode\x3dPUBLISH_MODE_BLOGSPOT\x26navbarType\x3dBLUE\x26layoutType\x3dCLASSIC\x26searchRoot\x3dhttps://tikaqy.blogspot.com/search\x26blogLocale\x3den_US\x26v\x3d2\x26homepageUrl\x3dhttp://tikaqy.blogspot.com/\x26vt\x3d-1037016941778626016', where: document.getElementById("navbar-iframe-container"), id: "navbar-iframe" }); } }); </script>
TikaQy Blog
 

Senyum, pelapang hati penaut jiwa

Dari Abu Dzar ra, Rasulullah SAW bersabda: "Engkau tersenyum di depan saudaramu adalah sedekah" (HR Bukhari dari Kitabul Adab)

Senyum itu sedekah. Dengan senyum, begitu mudah pahala sedekah tanpa mengeluarkan rupiah atau peluh. Senyum adalah luapan batin. Ia merupakan ciri khas manusia. Manusia mudah jatuh hati pada seseorang yang tersenyum. Senyum juga mampu mengusir duka.

Sebaliknya, tanpa senyum, orang akan menjauhkan diri dari kita. Manusia cenderung untuk tidak menyukai sikap sombong, angkuh, kasar dan bengis..dan semuanya wujud tanpa senyuman. Firman Allah SWT, "Maka disebabkan rahmat Allah lah kamu berlaku lemah lembut terhadap mereka. Sekiranya kamu bersikap keras lagi berhati kasar, tentulah mereka menjauhkan diri dari sekelilingmu." (QS Ali Imran: 159)

Senyum adalah sarana pengikat hati, pertautan jiwa. Ia mampu memberi kesan lebih daripada apa yang bisa dilahirkan oleh nilai kebendaan. Harta saja tidak mampu menjadi sarana pengikat hati.

Kesatuan hati dan jiwa mesti diliputi dengan suasana ruh yang terpancar dari ruh Allah. Itulah cinta. Cinta yang mampu melahirkan senyuman dari dalam hati, yang mampu melapangkan dada.

Tidak semua senyum itu sejati. Ada senyum yang muncul mewakili perasaan (ibtisamah syu'uriyah), ada juga senyum dusta (ibtisamah ghaira haqiqiyah). Senyum yang lahir dari perasaan adalah senyuman sejati. Ia hadir saat seorang muslim bertemu dengan saudaranya atau menyaksikan peristiwa yang mengundang senyum. Pribadi Rasulullah SAW senantiasa dihiasi dengan sifat ini. Abdullah bin Haritsah mengatakan, "Saya belum pernah melihat seorang pun yang paling banyak bersenyum daripada Rasulullah SAW" (HR Ahmad)

Bukhari juga telah meriwayatkan sebuah hadits yang menyatakan bahwa Rasul SAW tersenyum melihat para wanita yang lari lintang pukang apabila mengetahui Umar bin Khattab ra akan datang. "Engkau lebih keras dan kasar dibanding Rasulullah SAW", kata para wanita kepada Umar ra apabila ditanya kenapa reaksi mereka sebegitu rupa.

Senyum ketika mendengar berita gembira juga termasuk dalam senyuman sejati. Sebagaimana yang dilakukan Abu Bakar ra apabila beliau dipilih oleh Rasulullah SAW untuk menemani baginda berhijrah ke Madinah. Ketika itu Abu Bakar ra tersenyum hingga menitiskan air mata kegembiraan.
Senyum juga bisa menguntum hasil dari perasaan kecewa juga sedih. Sebagaimana yang berlaku apabila Rasulullah SAW tersenyum kepada Ka'ab bin Malik (salah seorang dari tiga orang yang tidak turut serta dalam perang Tabuk). Ka'ab mengatakan, "Ketika aku datang kepadanya, aku memberi salam, dan baginda tersenyum..."

Senyum yang dilakukan saat mendapat musibah juga merupakan senyuman sejati. Senyum di waktu duka adalah tanda ketabahan. Namun untuk berlapang dada dan terus tersenyum dengan kesakitan yang memerihkan bukanlah satu hal yang mudah bagi "orang-orang biasa". Berbicara memang mudah, bermodalkan air liur untuk membasahkan lidah. Disitulah nilai iman yang memainkan peranan.

Senyum yang tulus itu sukar. Senyuman yang dusta (hasil rekayasa) juga bukan suatu yang mudah. Oleh sebab itu menjadikan senyum sebagai sedekah juga tidak semudah yang kita bayangkan. Sesungguhnya, "Senyum itu akan terasa berat dilakukan bagi jiwa yang belum dibiasakan dengan kebaikan.."

Duhai sahabatku, belajar lah selalu tersenyum karena Allah. Karena senyummu adalah sedekah buat saudaramu.....

Komentar