<body><script type="text/javascript"> function setAttributeOnload(object, attribute, val) { if(window.addEventListener) { window.addEventListener('load', function(){ object[attribute] = val; }, false); } else { window.attachEvent('onload', function(){ object[attribute] = val; }); } } </script> <div id="navbar-iframe-container"></div> <script type="text/javascript" src="https://apis.google.com/js/platform.js"></script> <script type="text/javascript"> gapi.load("gapi.iframes:gapi.iframes.style.bubble", function() { if (gapi.iframes && gapi.iframes.getContext) { gapi.iframes.getContext().openChild({ url: 'https://www.blogger.com/navbar.g?targetBlogID\x3d31936954\x26blogName\x3dTikaQy+Blog\x26publishMode\x3dPUBLISH_MODE_BLOGSPOT\x26navbarType\x3dBLUE\x26layoutType\x3dCLASSIC\x26searchRoot\x3dhttps://tikaqy.blogspot.com/search\x26blogLocale\x3den_US\x26v\x3d2\x26homepageUrl\x3dhttp://tikaqy.blogspot.com/\x26vt\x3d-1037016941778626016', where: document.getElementById("navbar-iframe-container"), id: "navbar-iframe" }); } }); </script>
TikaQy Blog
 

Tidak ada jalan menuju maksiat

Pada suatu waktu Ibrahim bin Ad Ham didatangi seorang lelaki, seraya berkata, "Wahai Abu Ishak, aku seorang yang berlimbah dosa, banyak melakukan kedzaliman, berkenan kiranya tuan mengajariku hidup zuhud, agar Allah memberikan jalan terang dalam kehidupanku dan melembutkan hatiku yang gerang"
"Manakala dirimu dapat memegang teguh 6 perkara yang akan kami kemukakan, tentu akan mendapatkan keselamatan", jawab Ibrahim binAd-Ham.
"Apa itu, wahai Abu Ishak?, tanyanya.


"Pertama, manakala dirimu akan melakukan maksiyat, janganlah makan rizki Allah".
"Manakala di seluruh penjuru bumi, baik di barat maupun di timur, di darat maupun di laut, di kebun maupun di gunung merupakan rizki dari Allah, terus darimana aku makan?"
"Wahai saudaraku, pantaskah kamu memakan rizqi Allah, sedangkan dirimu melanggar peraturanNya?"
"Tidak, demi Allah. Kemudian apa yang kedua?"

"Yang kedua, manakala kamu bermaksiyat kepada Allah, janganlah bertempat tinggal di negeri-Nya."
"Tuan Ibrahim, demi Allah, yang kedua ini lebih berat, bukankah bumi ini milikNya? Kalau demikian, dimanakah aku harus tinggal?" tukas lelaki itu
"Patutkah kamu makan rizki Allah dan bertempat tinggal dibumiNya sedangan dirimu melakukan maksiyat kepadaNya?"
"Tidak pantas wahai tuan guru," jawab sang lelaki.

"Ketiga, manakala dirimu hendak melakukan maksiyat, jangan melupakan Allah Yang Maha Mengetahui segala rahasia dan melihat setiap gerak hati nurani," tukas lelaki itu.
"Layakkah manakala dirimu menikmati rizki Allah, bertempat tinggal di bumi Allah, dan melakukan maksiyat kepada Nya sedangkan Allah melihat dan mengawasi perilakumu?"
"Tentu saja tidak, wahai tuan guru. Terus apakah yang keempat?", tanya lelaki dengan penuh harap.

"Yang keempat, manakala malaikat maut datang kepadamu, hendak mencabut nyawa, katakanlah kepadanya, "Tunggu sebentar, aku akan bertaubat."
"Tuan guru, hal itu sangat mustahil! Dan permintaan itu tidak bakal dikabulkannya," jawab sang lelaki.
"Kalau dirimu sadar, bahwa tidak bakal menolak keinginan malaikat maut (‘Izrail), tentu dia akan datang kepadamu kapan saja. Barangkali sebelum dirimu melakukan taubat, " tutur Ibrahim.
"Benar apa yang tuan ucapkan. Terus apa yang kelima?", tanya sang lelaki

"Yang kelima, manakala malaikat Munkar dan Nakir datang kepadamu, tantanglah dan lawanlah dengan segala kekuatan yang ada, manakala dirimu mampu."
"Itu suatu hal yang sangat mustahil lagi, wahai tuan guru."

"Yang keenam, manakala kelak dirimu berada di sisi Allah, dan Dia menyuruhmu masuk neraka, katakanlah, "Ya Allah, aku tidak bersedia masuk kedalamnya", tukas Ibrahim bin ad Ham.

"Wahai tuan guru, keenam perkara itu sangat berat. Cukup, aku telah sadar dan mengerti".
Lelaki itu pun segera meninggalkan Ibrahim bin Ad Ham dengan hati lega, dan menambah kesadaran dalam hatinya.


Kebajikan adalah budi pekerti yang baik dan dosa adalah apa-apa yang meragukan (pada) dirimu dan engkau tidak suka diketahui orang lain (dalam melakukannya).
(HR Muslim)


Kebajikan itu adalah apa-apa yang jiwa dan hatimu tentram kepadanya, dan dosa adalah yang jiwa dan hatimu ragu-ragu terhadapnya, walaupun orang-orang memberi fatwa padamu serta membenarkannya. (HR Ahmad dan Ad Darimi)


(diambil dari : "Pesan-pesan Sufi", karya Abdurrahman Ibn. Jauzi)

Komentar